Selasa, 05 Januari 2010

PENENTUAN IMT, LUAS OTOT LENGAN DAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH

Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Umumnya, antropometri digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Antropometri dapat dibagi menjadi dua, yaitu Antropometri Statis/structural (Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh) dan Antropometri Dinamis/fungsional (pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya).

Keunggulan Antropometri
Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
Relatif tidak memebutuhkan tenaga ahli.
Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.
Metodenya tepat dan akurat.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
Umumnya mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Kekurangan Antropometri
Tidak sensitif
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan tidak dapa membedakan kekurangan gizi tertentu seperti Zn dan Fe.
Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
Kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru
Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.

Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan energi kronis (KEK). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.
Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. apabila hasil pengukuran menunjukkan < 23,5 cm bearti risiko KEK dan > 23,5 berarti tidak berisiko KEK. Berikut ini merupakan urutan yang digunakan dalam melakukan pengukuran LILA, yaitu :
Tetapkan posisi bahu dan siku
Letakkan pita antara bahu dan siku
Tentukan titik tengah lengan, lengan dalam keadaan bergantung bebas tidak tertutup kain/pakaian.
Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
Pita jangan terlalu ketat dan jangan terlalu longgar
Baca skala yang benar

Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mermpertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.

Pengukuran IMT dengan menggunakan indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah gizi akut. Berat badan yang berkorelasi linier dengan tinggi badan memiliki arti bahwa perkembangan berat badan responden dalam keadaan normal akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT^ =(Berat badan (kg))/(Tinggi badan (m)x Tinggi badan (m))

Tabel 1 Klasifikasi IMT (Depkes 2003)
Klasifikasi IMT (Depkes 2003)
Interpretasi
< 17,00 kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
>27,0 gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

Massa Otot

Massa otot yang didapat digunakan untuk mengukur apakah responden menderita KEP atau tidak. Apabila berat otot < 60 % berat tubuh (BB) maka responden menderita malnutrisi sehingga dapat terjadi KEP.

Tebal Lemak tubuh (bawah Kulit)

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal lengan atas (tricep dan bicep), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah (medial calv). Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg sedangkan pada wanita 5.1 kg. Pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-fold calipers.

Tabel 2 Persentase Kandungan Lemak tubuh.
Usia % Lemak ( Wanita )
Kurang Normal Tinggi Sangat
Tinggi
19-30 <15 16-25 26-33 >33
30-40 <18 19-27 28-35 >35
40-50 <21 22-29 30-37 >37
50-60 <23 24-31 32-39 >39
>60 <25 26-33 34-41 >41

Skinfold Calipers

Ukuran tebal lipat kulit pada trisep dan subscapula diukur dengan menggunakan alat skinfold calipers. Metode yang paling sering dan praktis digunakan di lapangan adalah antropometri fisik. Standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1 mm, tekanan konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan Harpenden Calipers.

Alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terlihat penyimpangan. Beberapa pengukuran tebal lemak dengan menggunakan caliper, yaitu pengukuran triceps, pengukuran bisep, pengukuran suprailiac dan pengukuran subskapular.